shadow
BACK TO TOP

Minggu, 26/10/2025 15:15 WIB

Menyoal Co-Parenting yang Dipilih Raisa dan Hamish Pasca Cerai

Nafilah Sri Sagita K - detikHot
Menyoal Co-Parenting yang Dipilih Raisa dan Hamish Pasca Cerai Raisa Andriana dan Hamish Daud buka suara pasca isu keretakan rumah tangga mereka mencuat di media sosial. Keduanya membenarkan perpisahan tersebut dan meminta dukungan untuk tetap menjaga privasi dan keamanan anaknya, Zalina Raine Wyllie.
Keduanya menilai kesepakatan berpisah adalah jalan yang bijak bagi anak mereka.
"Hubungan kami tetap baik, meski berubah. Yang tidak akan berubah adalah cinta kami kepada Zalina. Sudah menjadi tugas seumur hidup kami untuk menjaga dan merawat putri kami," ujar Raisa dan Hamish dalam pernyataan bersama.
"Kami akan terus hadir bersama sebagai co-parents untuk memastikan dia tumbuh dalam lingkungan yang penuh kasih sayang," lanjutnya.
Terlepas dari kasus tersebut, co-parenting sudah umum dikenal sebagai jalan yang dipilih pasangan saat berpisah. Dikutip dari Very Well Mind, ini adalah bentuk pengasuhan bersama saat kedua orang tua tetap berbagi tanggung jawab membesarkan anak, meski sudah tidak lagi menjalin hubungan.
Penelitian menunjukkan konflik antara orang tua setelah perceraian dapat memengaruhi anak secara emosional, membuat mereka lebih rentan terhadap stres, kesulitan beradaptasi, hingga menurunnya rasa percaya diri. Karena itu, pola co-parenting yang sehat menjadi kunci agar anak tetap tumbuh dalam suasana aman dan penuh dukungan.

Tipe-Tipe Co-Parenting

Co-parenting sendiri terdiri dari beberapa tipe. Berikut adalah tipe-tipe pola pengasuhan bersama, di antaranya:

1. Co-Parenting Konfliktual

Orang tua sering berselisih, komunikasi buruk, dan menerapkan aturan berbeda di rumah masing-masing. Anak sering terjebak di tengah konflik, sehingga lebih berisiko mengalami gangguan perilaku, kecemasan, atau depresi.

2. Co-Parenting Kooperatif

Kedua orang tua saling bekerja sama, rutin berkomunikasi tentang keputusan penting anak, dan menempatkan kebutuhan anak di atas ego pribadi.
Pola ini terbukti paling sehat, karena menciptakan lingkungan stabil dan suportif, meningkatkan kepercayaan diri serta prestasi anak di sekolah.

3. Co-Parenting Paralel

Orang tua menjalankan pengasuhan masing-masing tanpa banyak interaksi. Meski minim konflik, pola ini kadang membuat anak kehilangan konsistensi aturan di rumah.

Ciri Co-Parenting yang Sehat

Hubungan co-parenting yang baik ditandai dengan kesepakatan dalam hal:
  • Jadwal kunjungan dan waktu bersama anak
  • Rutinitas harian (tidur, makan, kegiatan sekolah)
  • Pendidikan dan biaya sekolah
  • Kesehatan anak, termasuk siapa yang mendampingi ke dokter
  • Tanggung jawab keuangan keluarga

Tips Sukses Co-Parenting ala Psikolog Keluarga

Berikut adalah beberapa tips yang bisa dicontoh untuk co-parenting dari psikolog
  • Komunikasi Terbuka & Rutin
Gunakan cara yang sopan dan profesional, fokus pada anak, bukan masa lalu.
  • Buat Rencana Pengasuhan yang Fleksibel
Jadwal bisa disesuaikan, asalkan demi kepentingan anak.
  • Hormati Gaya Pengasuhan Masing-Masing
Selama tidak membahayakan anak, biarkan setiap orang tua menjalankan perannya.
  • Tetap Positif Saat Bertemu di Sekolah atau Acara Anak

Anak akan merasa aman jika melihat kedua orang tuanya bisa berinteraksi dengan tenang.
  • Gunakan Waktu Sendiri untuk Pulih dan Berkembang
Saat anak bersama orang tua lain, manfaatkan waktu untuk istirahat atau menekuni hal positif.
  • Berikan Ruang untuk Pasangan Baru
Asalkan mereka menghormati hubungan anak dengan kedua orang tuanya.

Fokus pada Masa Depan Anak

Co-parenting bukan soal memperbaiki hubungan masa lalu, melainkan menciptakan masa depan yang sehat bagi anak. Dengan komunikasi yang jujur, saling menghormati, dan komitmen bersama, anak tetap bisa merasakan kasih sayang lengkap dari kedua orang tuanya, seperti yang diupayakan Raisa dan Hamish.
Karena pada akhirnya, perceraian tidak harus mengakhiri keluarga, hanya mengubah bentuknya.

(naf/naf)
KOMENTAR